Minggu, 14 Mei 2017

Syarat Bangunan Tahan Gempa

Prinsip dasar
Konsep hunian tahan gempa adalah bangunan yang dapat bertahan dari keruntuhan akibat getaran gempa, serta memiliki fleksibilitas untuk meredam getaran. Prinsipnya pada dasarnya ada dua, yaitu kekakuan struktur dan fleksibilitas peredaman.

Prinsip dasar kekakuan strukur rumah
Prinsip kekakuan struktur rumah menjadikan struktur lebih solid terhadap goncangan. Terbukti, struktur kaku seperti beton bertulang jika dibuat dengan baik dapat meredam getaran gempa dengan baik. Hal ini berarti perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh struktur yang dibuat pada saat pembangunan agar dapat lebih kuat dan lebih kaku. Kekakuan struktur dapat menghindarkan kemungkinan bangunan runtuh saat gempa terjadi. Kolom-kolom dan balok pengikat harus kuat dan ditopang oleh pondasi yang baik pula.

Prinsip flexibilitas
Adanya kemungkinan struktur bangunan dapat bergerak dalam skala kecil, misalnya dengan menggunakan prinsip hubungan roll pada tumpuan-tumpuan beban. Yang dimaksud dengan roll adalah jenis hubungan pembebanan yang dapat bergerak dalam skala kecil untuk meredam getaran.

Prinsip penggunaan bahan material yang ringan dan “kenyal”
Prinsip penggunaan bahan material yang ringan dan “kenyal”, yaitu menggunakan bahan-bahan material ringan yang tidak lebih membahayakan jika runtuh dan lebih ringan sehingga tidak sangat membebani struktur yang ada. Contohnya : struktur kayu dapat menerima perpindahan hubungan antar kayu dalam skala gempa sedang.

Prinsip massa yang terpisah-pisah
Prinsip massa yang terpisah-pisah, yaitu memecah bangunan dalam beberapa bagian menjadi struktur yang lebih kecil sehingga struktur ini tidak terlalu besar dan terlalu panjang karena jika terkena gempa harus meredam getaran lebih besar.

Kesatuan Struktur ( Struktur Atap, struktur dinding, struktur pondasi )

Prinsip dasar dari bangunan tahan gempa adalah membuat seluruh struktur menjadi satu kesatuan sehingga beban dapat ditanggung dan disalurkan bersama-sama dan proporsioanal. Bangunan juga harus bersifat daktail, sehingga dapat bertahan apabila mengalami perubahan bentuk yang diakibatkan oleh gempa.
a.      Pondasi

Pondasi merupakan bagian dari struktur yang paling bawah dan berfungsi untuk menyalurkan beban ke tanah. Untuk itu pondasi harus diletakkan pada tanah yang keras. KEdalaman minimum untuk pembuatan pondasi adalah 6- – 75 cm. Lebar  pondasi bagian bawah 0,4 m, sedangkan lebar bagian atas pondasi 0,3 m. Seluruh pekerjaan pasangan batu gunung ini menggunakan adukan campuran 1 semen : 4 pasir. Pasangan batu gunung untuk pondasi dikerjakan setelah lapisan urug dan aanstamping selesai dipasang.Pondasi juga harus mempunyai hubungan yang kuat dengan sloof. Hal ini dapat dilakukan dengan pembuatan angkur antara sloof dan pondasi dengan jarak 1 m. Angkur dapat dibuat dari besi berdiameter 12 mm dengan panjang 20 -25 cm.
b.      Beton
Beton yang digunakan untuk beton bertulang dapat menggunakan perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil. Air yang digunakan adalah ½ dari berat semen (FAS 0,5). Mutu yang diharapkan dapat tercapai dari perbandingan ini adalah 150 kg/cm2
c.       Cetakan beton (bekisting)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan cetakan beton adalah sbb
Ø  Pemasangan bekisting harus kokoh dan kuat sehingga tahan terhadap getaran yang ditimbulkan pada saat pengecoran.
Ø  Setiap selesai pemasangan, harus diteliti ulang baik kekuatan maupun bentuknya.
Ø  Cetakan beton terbuat dari bahan yang baik sehingga mudah pada saat dilepaskan tanpa mengakibatkan kerusakan beton.
Ø  Bekisting boleh dibuka setelah 28 hari. Selama beton belum mengeras harus dilakukan perawatan beton (curing).
d.      Beton bertulang
Beton bertulang merupakan bagian terpenting dalam membuat rumah menjadi tahan gempa. Pengerjaan dan kualitas dari beton bertulang harus sangat diperhatikan karena dapat melindungi besi dari pengaruh luar, misalnya korosi. Para pekerja atau tukang suka menganggap remeh fungsinya. Penggunaan alat bantu seperti molen atau vibrator sangat disarankan untuk menghasilkan beton dengan kualitas tinggi.
Untuk membuat struktur beton bertulang (balok,sloof,dan ring balk) menjadi satu kesatuan system pengakuran yang baik dan penerusan tulangan harus dilakukan dengan baik. Tulangan yang digunakan untuk beton bertulang mempunyai diameter minimum  Æ10 mm dengan jarak sengkang bervariasi.
Secara garis besar beton bertulang dapat dibagi 2, kolom dan balok. Ukuran-ukuran beton bertulang yang digunakian adalah :
1). Sloof  = 15 cm x 20 cm
2). Kolom utama = 15 cm x 15 cm
3). Kolom praktis = 13 cm x 13 cm
4). Ring balk = 13 cm x 15 cm
5). Balok kuda-kuda = 13 cm x 15 cm
Prinsip-prinsip Bangunan Tahan Gempa.
1.      Perencanaan gedung tahan gempa harus sederhana dan kompak. Struktur yang menerima beban dan bagian bangunan yang tidak menerima beban harus dianggap sebagai satu kesatuan yang saling mempengaruhi.
2.      Gedung harus ringan. Makin berat sebuah gedung, makin besar daya massa jika terjadi gempa bumi. Makin tinggi gedung, harus makin ringan. Kontruksi atap yang berat dapat membahayakan struktur dibawahnya.
3.      Struktur yang direncanakan harus sesederhana mungkin. Struktur yang sederhana akan tahan pada kondisi gempa bumi yang keras.
4.      Denah sebaiknya direncanakan agak simetris, berbentuk segi empat sama sisi, atau lingkaran.
5.      Tinggi gedung sebaiknya tidak melebihi empat kali lebar gedung.
6.      Struktur gedung sebaiknya monolit, berarti seluruh struktur gedung dikonstruksikan dengan bahan yang sama karena pada saat gempa bumi bahan bangunan yang berbeda akan memberikan reaksi berbeda pula.
7.      Ketebalan pelat lantai dan ketinggina balok sebaiknya lebih besar dari pada biasanya utnuk menghindari getaran vertika sejauh mungkin. Balok tidak boleh dibuat lebih lebar dari pada tiang tumpuannya agar tidak terjadi tegangan tambahan.
8.      Ringbalok horizontal pada setiap tingkat dengan batang tarik diagonal dapat meningkatkan kestabilan gedung.
9.      Pondasi juga harus sesederhana dan sekuat mungkin sehingga tidak akan patah pada saat gempa. Sebainya dipilih pelat lantai beton bertulang atau pondasi lajur dengan sloof beton bertulang. Pondasi setempat sebaiknya dihindarkan.
10.  Reaksi suatu gedung pada saat gempa bumi tergantung pada cara pembangunan dan bukan pada cara perencanaan. Maka, sangat pentinglah manajemen bangunan dan pengawasan saat pelaksanaan yang akan menjamin kualitas bangunan. Disamping itu, pemeliharaan dan perawatan bangunan dapat mempengaruhi kestabilan gedung saat gempa bumi.
11.  Perubahan pada suatu gedung akibat pembangunan tambahan dan perubahan harus dilakukan secara cermat karena dapat mengubah kestabilan gedung terhadap gempa bumi.


0 komentar:

Posting Komentar